RESENSI DEALOVA
Perang Paregreg
tentang Perang Paregreg. Bahwa perang itu terjadi setelah Prabu Hayamwuruk wafat.
Perkawinannya dengan permaisuri Dewi Sori , hanya melahirkan putri
sedang perkawinannya dengan selir( Kedaton Wetan/majapahit Timur)
melahirkan seorang putra. yang kemudian bernama Bhre Wirabumi dan
diangkat sebagai raja Majapahit Timur*)(Blambangan dan Bali?),sedang
Majapahit Pusat tetap ditangan Prabu Hayamwuruk. Ketika Prabu Hayamwuruk
wafat, pewarisan tahta tidak tertata dengan baik dan jatuh ke putrinya
Dyah Kusumawardhani yang tidak memiliki kecakapan memerintah , maka
suaminya Wikramawhardana secara perlahan dan pasti mengambil alih
kekuasaan, dan kekuasaan inipun nanti diwariskan kepada putrinya Dewi
Suhita. Sejak diambil alih oleh Wikramawardana, sebenarnya telah timbul
masalah, apakah menantu lebih berhak dari putra dari selir, apalagi
ketika mahkota diserahkan kepada putrinya Dewi Suhita padahal dasar
pewarisan adalah Patrilineal…..Disamping itu Negara Kertagama mengungkap
fakta lain, sejak Wikramawardana menjadi raja, kedudukan para pendeta
Hindu Siwa mulai tersingkir. Seperti diketahui Wikramawardana adalah
seorang penganut Budha, dan diakhir pemerintahannya malah menjadi
Bhiksu. Sedangkan prabu Hayamwuruk adalah seorang Hindu Siwa dan telah
dinobatkan sebagai Sang Hyang Giri Nata Bathara Siwa( perwujudan dewa
Siwa di bumi) sedang Bhree Wirabumi adalah seorang Hindu Siwa yang
teguh.
Perselisihan tersebut akhirnya memuncak menjadi Perang Paregreg( Perang
yg terjadi berkali kali). Bhree Wirabumi tak terkalahkan.Karena itu
Wikramawardhana akhirnya berjanji akan mengangkat Bhree Wirabhumi
menjadi raja Majapahit setelah pemerintahan beliau dan sebagai tanda
keseriusan janji Wikramawardhana menikahkan adiknya dengan Bhre
Wirabhumi. Tetapi rupanya Wikramawarhana tidak memenuhi janji tersebut
dan malahan mengangkat putrinya Dewi Suhita menjadi raja Majapahit.
Tentu hal ini tidak diterima oleh Bhree Wirabhumi. Tetapi rupanya Dewi
Suhita,telah mempersiapkan pewnyerbuan ke Blambangan dengan mengerahkan
seluruh kekuatan tempurnya yang dipimpin Bhre Narapati.( Dalam versi
lain penyerbuan ini dipercepat karena Panglima Cheng Ho mengunjungi
Blambangan . Padahal kunjungan ini dilaksanakan semata mata karena
panglima Cheng Ho , mendengar kemakmuran Blambangan ,dan berkeinginan
menambah perbekalan, tetapi oleh Bhree Narapati ditafsirkan sebagai
dukungan panglima Cheng Ho kepada Blambangan…..sampai ketemu ditulisan
wajah Mongolid ,orang Using)
Bhre Narapati tidak hanya mengalahkan Bhree Wirabumi tetapi juga memancung kepala Bhre Wirabumi.
Dengan beralihnya kekuasaan ke Dewi Suhita, dan kematian Bhre Wirabumi,
sejarahwan Slamet Mulyana mencatat sebagai akhir dari wangsa
Sanggramamawijaya, dan berakhir kerajaan Hindu di Jawa(Majapahit Timur
atau Blambangan).
Pemancungan kepala Bhre Wirabumi oleh Narapati dianggap kesalahan besar.
Dia tidak sepantasnya melakukan seperti itu, terhadap putra Sang Hyang
Giri Nata Bathara Siwa atau Prabu Hayamwuruk, keturunan darah biru
wangsa Sanggramawijaya, penganut dan pelindung brahmana Hindu Siwa. Maka
tiga tahun kemudian Narapatipun dipancung dan jenazah Bhre Wirabhumi
diagungkan kembali karena makamnya dicandikan yaitu Candi Lung.
Setelah pemancungan Bhre Wirabumi perebutan tahta dan dendam kesumat merontokkan Majapahit
.
Siapakah wangsa Sanggramawijaya.
Wangsa Sanggramawijaya menurut para sejarahwan adalah raja 2 yang
keturunan Ken Dedes dan Ken Arok. Seperti diketahui Ken Arok merebut Ken
Dedes dari Tunggul Ametung , seorang akuwu ( bupati) Tumapel.
Perebutan ini sepenuhnya mendapat restu dari Brahmana Hindu Siwa karena
perkawinan antara Ken Dedes dan Tunggul Ametung, dianggap para brahmana
Hindu Siwa, sebagai perkawinan yang tidak setara, dan merupakan
pemaksaan dari Tunggul Ametung. Tunggul Ametung tidak memiliki
kepantasan sedikitpun kawin dengan Ken Dedes karena kedudukan dan
kastanya lebih rendah. Maka para Brahmana Hindu Siwa , memerintahkan Ken
Arok, ksatrya Brahmana merebut kembali Ken Dedes dari Tunggul Ametung.
Pramudya Ananta Toer mendeskripsikan , tentang kelompok Hindu Siwa ini,
sebagai ras Arya yang sangat exclusive dan menjaga keturunan dengan
ketat dan teguh terhadap agamanya.
Kapan kelompok ini datang ke Jawa
Sejarahwan mencatat mereka (Arya) telah berada di Jawadwipa ( Pulau
Jawa) ,sejak wangsa Sanjaya diabad ke tujuh. Malahan ada yang
berpendapat wangsa Sanjaya , sebenarnya berasal dari Jambudwipa (
India).Mereka adalah pembangun atau setidaknya terlibat secara langsung
dengan pendirian candi Prambanan(Hindu Siwa) dan candi Borobudur.(
Budha) .
Ada sejarahwan yang berpendapat semula candi Borobudurpun dipersiapkan
sebagai candi Hindu Siwa, seperti terlihat bentuk pada bangunan dasar
dan konsep kontruksinya, tetapi karena wangsa Sanjaya (Hindu Siwa) kalah
dengan wangsa Syailendra (Budha Mahayana) , maka candi Borobudur
diteruskan sebagai candi Budha.
Maka kelompok ini dengan jelas keberadaaannya terlacak mulai dari wangsa
Sanjaya,Syaelendra, Singhasari, Majapahit , Blambangan dan Bali
Bagaimana nasib kelompok Arya (Hindu Siwa ) di Blambangan ,setelah perang Paregreg
TAMAN AYUN YANG DIBANGUN TJOKORDE SAKTI BLAMBANGAN
Setelah perang Paregreg , dengan sendirinya tamatlah kerajaan Hindu
Siwa di Jawa. Dan seperti dicatat oleh Negara Kertagama , karena
perlakuan yang tidak pantas raja 2 sesudah Hayamwuruk, terhadap Brahmana
dan penganut Hindu Siwa maka mereka sebagian exodus ke Bali.
Meskipun begitu kerajaan Blambangan masih mampu menghadang expansi
kerajaan Demak Islam, dan mengalahkan pasukan Demak di Penarukan, karena
dalam pertempuran itu Sultan Tranggono gugur . Oleh karena itu peranan
Blambangan dalam menjaga existensi Bali sangat besar .
Maka pantas kiranya pendiri kerajaan Mengwi( dari Bali Selatan),I Gusti
Agung Anak Agung mengangkat dirinya dengan gelar kebesaran Tjokorde
Sakti Blambangan . Beliau tidak saja mencantumkan Blambangan sebagai
namanya tetapi juga membangun Pura Paibon ( yaitu Pura yang diperuntukan
untuk ibu suri) yang dikenal sekarang sebagai Taman Ayun.
Para sejarahwan menganggap taman ini lebih bernuansa Jawa Kuno ( Hindu
Siwa Jawa) daripada Hindu Siwa Bali , Pura ditempat itu tidak menghadap
ke Gunung Agung dan lebih dari itu ditaman ini terdapat 64 tugu leluhur (
batu dengan permukaan halus atau Dolmen yang mirip dengan watu
loso,yang ada di daerah Rogojampi ke barat).
Dengan itu saya agak ragu mengatakan bahwa kerajaan Mengwi menguasai
Blambangan tetapi .mungkin ada istilah yang lebih tepat.atau barangkali
sebenarnya Mengwi adalah peralihan kerajaan Majapahit Timur /Blambangan
ke Bali.
Ini terbukti dengan keterlibatan Mengwi mengusir penjajah Belanda dari Bumi Blambangan sangat jelas dan intens.
Wong Agung Wilis yang menjadi adipati dan panglima perang di Blambangan
dididik dan dibesarkan di kerajaan Mengwi. dan mendapat dukungan penuh
dari kerajaan Mengwi ,sehingga mampu mengerahkan 4000 pasukan yang
terdiri pasukan Blambangan, Bali , China,dan Bugis dalam satu perang
frontal yang amat dahsyat yang kemudian kita kenal Perang Puputan Bayu.
Berakhirnya perang Puputan Bayu,berakibat fatal pada kelompkok Arya di Blambangan juga bagi kerajaan Mengwi di Bali.
Setelah perang Puputan Bayu pemusnahan orang Arya di Blambangan (
Banyuwangi)) dilakukan secara sistematis , Sir Stanfford Raffles dalam
buku terkenalnya : History Of Java “ menulis
From that moment , the provinces subjected to its authority, ceased to
improve. Such were the effect of her desolating system that the
population of the province of Banyuwangie,which 1750 is said to have
amounted to upwards of 80.000, was in 1811 reduce to 8000.
Sebuah survey demographie setelah perang Puputan Bayu menjadi bukti
tulisan Sir Stanford Raffles tsb Blambangan hanya memiliki 120 sampai
130 kampung asli,dan tiap kampong hanya dihuni paling banyak 35
keluarga, malahan ada kampong yang tidak berpenghuni ( antara lain
Tabanan).
Desolating system yang dilakukan Belanda sendiri, maupun Penguasa Local
(boneka Belanda) terhadap kelompok Arya Blambangan pada saat itu sungguh
mengerikan,mulai dari kerja rodi, membentuk persepsi yang jelek melalui
cerita Menakjinggo Damarwulan ( Serat Kanda, serat Blambangan, Serat
Damarmulan) sampai perlakuan yang sadis terhadap para ksatrya Arya
Blambangan( ada novel yang menceritakan masalah ini).
Akibat tindakan ini selain jumlah populasi yang menyusut drastis juga
berakibat populasi perempuan kelompok Arya Blambangan lebih banyak dari
kelompok laki laki.
Pemerintahan Sir Stanford Raflles 1811 sd1816,( ada bukti lain
sebenarnya Inggris tetap menguasai Bengkulu dan Banyuwangi sampai
Raffles menguasai Singapore yaitu 1819) memberi sedikit bernafas lega
kelompok ini. Pembangunan mulai digerakkan , para pendatang dari segala
suku dan bangsa berdatangan ke Banyuwangi. Maka terjadilah perkawinan
campuran gadis Arya Blambangan yang cantik dengan para pendatang,
demikian pula para prianya.
Tidak heran jumlah mereka yang asli semakin mengecil, dan penulis hanya
menjumpai mereka yang sudah tua pada tahun 1950an. Mungkin zaman
revolusi dan kemerdekaan telah mematahkan exclusive mereka , dan mereka
sekarang malah menjadi pluralis kawin dengan suku Nusantara maupun
dengan suku bangsa lainnya.
Jatuhnya Kerajaan Majapahit
Tentara Demak dibawah pimpinan Raden Imam diperlengkapi dengan senjata sakti “Keris Makripat” pemberian Sunan Giri yang bisa mengeluarkan hama kumbang dan “Badhong” anugerah Sunan Cirebon yang bisa mendatangkan angin ribut. Tentara Majapahit berhasil dipukul mundur sampai keibukota, cuma rumah adipati Terung yang selamat karena ia memeluk Islam.
Karena terdesak, Prabu Brawijaya mengungsi ke (Tanjung) sengguruh beserta keluarganya diiringi Patih gajah Mada. Itu terjadi tahun 1399 Saka atau 1477 Masehi. Setelah dinobatkan menjadi Sultan Demak bergelar “Panembahan Jinbun”, adipati Bintara mengutus Lembu Peteng dan jaran panoleh ke sengguruh meminta sang Prabu masuk agama Islam. tapi beliau tetap menolak. Akhirnya Sengguruh diserbu dan Prabu Brawijaya lari kepulau Bali.
Cerita versi BABAD TANAH JAWI dan SERAT KANDA itulah yang selama ini populer dikalangan masyarakat Jawa, bahkan pernah juga diajarkan disebagian sekolah dasar dimasa lalu. Secara garis besar, cerita itu boleh dibilang menunjukkan kemenangan Islam. Padahal sebenarnya sebaliknya, bisa memberi kesan yang merugikan, sebab seakan-akan Islam berkembang di Jawa dengan kekerasan dan darah. Padahal kenyataannya tidak begitu.
Selain fakta lain banyak menungkap bahwa masuknya Islam dan berkembang ditanah Jawa dengan jalan damai. Juga fakta keruntuhan Majapahit juga menunjukkan bukan disebabkan serbuan tentara Islam demak.
Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit” secara panjang lebar membantah isi cerita itu berdasarkan bukti-bukti sejarah. Dikatakan Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda yang ditulis abad XVII dijaman Mataram itu tanpa konsultasi sumber sejarah yang dapat dipercaya. Sumber sejarah itu antara lain beberapa prasasti dan karya sejarah tentang Majapahit, seperti “Negara Kertagama dan Pararaton”. Karena itu tidak mengherankan jika uraiannya tentang Majapahit banyak yang cacat.
“Prasasti Petak” dan “Trailokyapuri” menerangkan, raja Majapahit terakhir adalah Dyah Suraprahawa, runtuh akibat serangan tentara keling pimpinan Girindrawardhana pada tahun 1478 masehi, sesuai Pararaton. Sejak itu Majapahit telah berhenti sebagai ibu kota kerajaan. Dengan demikian tak mungkin Majapahit runtuh karena serbuan Demak. Sumber sejarah Portugis tulisan Tome Pires juga menyebutkan bahwa Kerajaan Demak sudah berdiri dijaman pemerintahan Girindrawardhana di Keling.
Saat itu Tuban, Gresik, Surabaya dan Madura serta beberapa kota lain dipesisir utara Jawa berada dalam wilayah kerajaan Kediri, sehingga tidak mungkin seperti diceritakan dalam Babad Jawa, Raden Patah mengumpulkan para bupati itu untuk menggempur Majapahit.
Penggubah Babad Tanah Jawi tampaknya mencampur adukkan antara pembentukan kerajaan Demak pada tahun 1478 dengan runtuhnya Kediri oleh serbuan Demak dijaman pemerintahan Sultan Trenggano 1527. Penyerbuan Sultan Trenggano ini dilakukan karena Kediri mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka seperti yang dilaporkan Tome Pires. Demak yang memang memusuhi Portugis hingga menggempurnya ke Malaka tidak rela Kediri menjalin hubungan dengan bangsa penjajah itu.
Setelah Kediri jatuh (Bukan Majapahit !) diserang Demak, bukan lari kepulau Bali seperti disebutkan dalam uraian Serat Kanda, melainkan ke Panarukan, Situbondo setelah dari Sengguruh, Malang. Bisa saja sebagian lari ke Bali sehingga sampai sekarang penduduk Bali berkebudayaaan Hindu, tetapi itu bukan pelarian raja terakhir Majapahit seperti disebutkan Babad itu. Lebih jelasnya lagi raden Patah bukanlah putra Raja Majapahit terakhir seperti disebutkan dalam Buku Babad dan Serat Kanda itu, demikian Dr. Slamet Muljana.
Sejarawan Mr. Moh. Yamin dalam bukunya “Gajah Mada” juga menyebutkan bahwa runtuhnya Brawijaya V raja Majapahit terakhir, akibat serangan Ranawijaya dari kerajaan Keling, jadi bukan serangan dari Demak. Uraian tentang keterlibatan Mahapatih Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit ketika diserang Demak 1478 itu sudah bertentangan dengan sejarah.
Soalnya Gajah Mada sudah meninggal tahun 1364 Masehi atau 1286 Saka.
Penuturan buku “Dari Panggung Sejarah” terjemahan IP Simanjuntak yang bersumber dari tulisan H.J. Van Den Berg ternyata juga runtuhnya Majapahit bukan akibat serangan Demak atau tentara Islam. Ma Huan, penulis Tionghoa Muslim, dalam bukunya “Ying Yai Sheng Lan” menyebutkan, ketika mendatangi Majapahit tahun 1413 Masehi sudah menyebutkan masyarakat Islam yang bermukim di Majapahit berasal dari Gujarat dan Malaka. Disebutkannya, tahun 1400 Masehi saudagar Islam dari Gujarat dan Parsi sudah bermukim di pantai utara Jawa.
Salah satunya adalah Maulana Malik Ibrahim yang dimakamkan di Pasarean Gapura Wetan Kab. Gresik dengan angka tahun 12 Rabi’ul Awwal 882 H atau 8 April 1419 Masehi, berarti pada jaman pemerintahan Wikramawardhana (1389-1429) yaitu Raja Majapahit IV setelah Hayam Wuruk. Batu nisan yang berpahat kaligrafi Arab itu menurut Tjokrosujono (Mantan kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Mojokerto), nisan itu asli bukan buatan baru.
Salah satu bukti bahwa sejak jaman Majapahit sudah ada pemukiman Muslim diibu kota, adalah situs Kuna Makam Troloyo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, JATIM. Makam-makam Islam disitus Troloyo Desa Sentonorejo itu beragam angka tahunnya, mulai dari tahun 1369 (abad XIV Masehi) hingga tahun 1611 (abad XVII Masehi).
Nisan-nisan makam petilasan di Troloyo ini penuh tulisan Arab hingga mirip prasati. Lafalnya diambil dari bacaan Doa, kalimah Thayibah dan petikan ayat-ayat AlQuran dengan bentuk huruf sedikit kaku. Tampaknya pembuatnya seorang mualaf dalam Islam. Isinya pun bukan bersifat data kelahiran dan kematian tokoh yang dimakamkan, melainkan lebih banyak bersifat dakwah antara lain kutipan Surat Ar-Rahman ayat 26-27.
P.J. Veth adalah sarjana Belanda yang pertama kali meneliti dan menulis makam Troloyo dalam buku JAVA II tahun 1873.
L.C. Damais peneliti dari Prancis yang mengikutinya menyebutkan angka tahun pada nisan mulai abad XIV hingga XVI. Soeyono Wisnoewhardono, Staf Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Trowulan mengatakan, nisan-nisan itu membuktikan ketika kerajaan Majapahit masih berdiri, orang-orang Islam sudah bermukim secara damai disekitar ibu kota.
Tampak jelas disini agama Islam masuk kebumi Majapahit penuh kedamaian dan toleransi.
Satu situs kepurbakalaan lagi dikecamatan trowulan yakni diDesa dan kecamatan Trowulan adalah Makam Putri Cempa. Menurut Babad Tanah jawi, Putri Cempa (Jeumpa, bahasa Aceh) adalah istri Prabu Brawijaya yang beragama Islam. Dua nisan yang ditemukan dikompleks kekunaan ini berangka tahun 1370 Saka (1448 Masehi) dan 1313 Saka (1391 Masehi).
Dalam legenda rakyat disebutkan dengan memperistri Putri Cempa itu, sang Prabu sebenarnya sudah memeluk agama Islam. Ketika wafat ia dimakamkan secara Islam dimakam panjang (Kubur Dawa). Dusun Unggah-unggahan jarak 300 meter dari makam Putri Cempa bangsawan Islam itu.
Dari fakta dan situs sejarah itu, tampak bukti otentik tentang betapa tidak benarnya bahwa Islam dikembangkan dengan peperangan. Justru beberapa situs kesejarahan lain membuktikan Islam sangat toleran terhadap agama lain (termasuk Hindu) saat Islam sudah berkembang pesat ditanah Jawa.
Dikompleks Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur misalnya, berdiri tegak Candi Siwa Budha dengan angka tahun 1400 Saka (1478 masehi) yang kini letaknya berada dibelakang kantor Pemda tuban. Padahal, saat itu sudah berdiri pondok pesantren asuhan Sunan Bonang. Pondok pesantren dan candi yang berdekatan letaknya ini dilestarikan dalam sebuah maket kecil dari kayu tua yang kini tersimpan di Museum Kambang Putih, Tuban.
Di Kudus, Jawa Tengah, ketika Sunan Kudus Ja’far Sodiq menyebarkan ajaran Islam disana, ia melarang umat Islam menyembelih sapi untuk dimakan. Walau daging sapi halal menurut Islam tetapi dilarang menyembelihnya untuk menghormati kepercayaan umat Hindu yang memuliakan sapi.
Untuk menunjukkan rasa toleransinya kepada umat Hindu, Sunan Kudus menambatkan sapi dihalaman masjid yang tempatnya masih dilestarikan sampai sekarang. Bahkan menara Masjid Kudus dibangun dengan gaya arsitektur candi Hindu.
ketika kerajaan Majapahit berdiri sebagai bagian dari perjalanan bangsa Indonesia. Sejak didirikan Raden Wijaya yang bergelar Kertanegara Dharmawangsa, kerajaan ini senantiasa diliputi fenomena pemberontakan.
Pewaris tahta Raden Wijaya, yakni masa pemerintahan Kalagemet/Jayanegara (1309-1328), yang dalam sebuah prasasti dianggap sebagai titisan Wisnu dengan Lencana negara Minadwaya (dua ekor ikan) dalam memerintah banyak menghadapi pemberontakan-pemberontakan terhadap Majapahit dari mereka yang masih setia kepada Kertarajasa.
Pemberontakan pertama sebetulnya sudah dimulai sejak Kertarajasa masih hidup, yaitu oleh Rangga Lawe yang berkedudukan di Tuban, akibat tidak puas karena bukan dia yang menjadi patih Majapahit tetapi Nambi, anak Wiraraja. Tetapi usahanya (1309) dapat digagalkan.
Pemberontakan kedua di tahun 1311 oleh Sora, seorang rakryan di Majapahit, tapi gagal. Lalu yang ketiga dalam tahun 1316, oleh patihnya sendiri yaitu Nambi, dari daerah Lumajang dan benteng di Pajarakan. Ia pun sekeluarga ditumpas.
Pemberontakan selanjutnya oleh Kuti di tahun 1319, dimana Ibukota Majapahit sempat diduduki, sang raja melarikan diri dibawah lindungan penjaga-penjaga istana yang disebut Bhayangkari sebanyak 15 orang dibawah pimpinan Gajah Mada.
Namun dengan bantuan pasukan-pasukan Majapahit yang masih setia, Gajah Mada dengan Bhayangkarinya menggempur Kuti, dan akhirnya Jayanegara dapat melanjutkan pemerintahannya.
Berhenti pemberontakan Kuti, tahun 1331 muncul pemberontakan di Sadeng dan Keta (daerah Besuki). Maka patih Majapahit Pu Naga digantikan patih Daha yaitu Gajah Mada, sehingga pemberontakan dapat ditumpas. Keberhasilan Gajah Mada memadamkan pemberontakan Sadeng membawanya meraih karier diangkat sebagai mahapatih kerajaan.
Namun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389, berkali-kali sang patih Gajah Mada –yang juga panglima ahli perang di masa itu– harus menguras energi untuk memadamkan pemberontakan di beberapa daerah. Pemberontakan Ronggolawe sampai serangan kerajaan Dhaha, Kediri.
Bahkan salah satu penyebab kemunduran dan hancurnya kerajaan Majapahit adalah ketika meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan, daerah bawahan mulai melepaskan diri dan berkembangnya Islam di daerah pesisir
Kerajaan Majapahit yang pernah mengalami masa keemasan dan kejayaan harus runtuh terpecah-pecah setelah kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
Sejarah dan Asal Usul Tanaman Lidah Buaya
Catatan sejarah yang ada menyebutkan bahwa Bangsa Mesir kuno telah mengetahui manfaat lidah buaya sebagai tanaman kesehatan sejak tahun 1500 SM. Karena manfaat lidah buaya yang begitu luar biasa, bangsa Mesir kuno menyebut tanaman lidah buaya sebagai tanaman keabadian.
Tidak hanya itu, seorang tabib dari zaman Yunani kuno yang bernama Dioscordes, menyebutkan jika salah satu manfaat lidah buaya yakni memiliki khasiat untuk mengobati berbagai macam jenis penyakit. Misalnya radang tenggorokan, bisul, rambut rontok, wasir, dan kulit memar, pecah-pecah serta lecet.
Kandungan Lidah Buaya
Menurut data yang ada, tanaman Lidah Buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri.Tanaman Lidah Buaya memiliki beragam jenis. Setidaknya ada sekitar 200 jenis Tanaman Lidah Buaya yang telah diketahui. Dari ke 200 jenis tersebut yang paling bagus digunakan untuk pengobatan adalah jenis Aloevera Barbadensis Miller. Jenis ini setidaknya mengandung 72 jenis zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Dari 72 zat tersebut terdapat 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Antara lain antibiotik, antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus, antijamur, antiinfeksi, antiperadangan, antipembengkakan, antiparkinson, antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten terhadap antibiotik.
Proses Pembentukan Bumi
Bentuk permukaan bumi yang meliputi reliefnya di darat dan di dasar laut. Bentuk permukaan bumi bermacam-macam seperti : dataran, berbukit, bergelombang, pegunungan, cekungan, lereng dan lain-lain. Permukaan bumi yang tidak seragam dikarenakan proses yang disebabkan oleh tenaga geologis yang terjadi secara bertahap dan selalu berubah seiring waktu, selain itu terdapat Teori Terbentuknya Kulit Bumi yang membuat permukaan bumi selalu berubah. Pada prosesnya pembentukan bumi diwarnai oleh tenaga geologis yang terdiri atas tenaga endogen dan tenaga eksogen, selain itu permukaan bumi terdiri atas relief yang terdapat di daratan dan pada dasar laut.Tenaga Endogen
Tenaga Endogen adalah tenaga yang berasal dari bumi yang berasal dari dalam bumi yang sifatnya membangun bentuk kulit bumi.
Tenaga Eksogen
Tenaga Eksogen adalah tenaga yang berasal dari permukaan bumi atau atmosfer, yang meliputi air, cuaca, dan es pada sifatnya tenaga ini termasuk merusak.
Relief Daratan
Relief Daratan terdiri dari,
Lipatan
Patahan
Gunung dan Pegunungan
Dataran Tinggi
Plato
Dataran Rendah
Pineplain
Lembah
Delta
Relief Dasar Laut
Relief Dasar Laut terdiri dari,
Gunung Laut
Ambang Laut
Palung Laut
Lubuk Laut
Gosong Karang
Landas Benua
Lereng Benua
Lembah Sungai
Pantai
Karakteristik Pelapisan Bumi
Setelah planet bumi terbentuk dari massa gas yang lambat laun mengalami proses pendinginan. Akibatnya bagian terluarnya menjadi mengeras sedangkan pada bagian dalamnya masih tetap merupakan massa zat yang panas dalam keadaan lunak (cair liat). Struktur pelapisan pada bumi.
Litosfer
Litosfer (lapisan batuan pembentuk kulit bumi atau crust), berasal dari kata lithos berarti batu dan sfhere/sphaira berarti bulatan atau lapisan. Litosfer adalah lapisan bumi paling atas dengan ketebalan lebih kurang 70 km yang tersusun dari batuan penyusun kulit bumi.
Astenosfer
Astenosfer (lapisan selubung atau mantle), yaitu lapisan yang terletak di bawah litosfer dengan ketebalan sekitar 2.900 km berupa material cair kental dan berpijar dengan suhu sekitar 3.000 derajat celcius, merupakan campuran dari berbagai bahan yang bersifat cair, padat dan gas bersuhu tinggi.
Barisfer
Barisfer (lapisan inti bumi atau core), yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi paling dalamyang tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrrum atau besi). Lapisan ini dapat pula dibedakan atas dua bagian yaitu inti luar dan inti dalam.
- Inti luar
Inti luar (Outer core), adalah inti bumi yang ada di bagian luar. Tebal lapisan ini sekitar 2.200 km, tersusun atas materi besi dan nikel yang bersifat cair, kental, dan panas berpijar bersuhu sekitar 3.900 derajat celcius
- Inti dalam
Inti dalam (Inner core) adalah inti bumi yang ada di lapisan dalam dengan ketebalan sekitar 2.500 km, tersusun atas materi besi dan nikel pada suhu yang sangat tinggi yakni sekitar 4.800 derajat celcius, akan tetapi tetap dalam keadaan padat dengan densitas sekitar 10 gram/cm3. Hal itu disebabkan adanya tekanan yang sangat tinggi dari bagian-bagian bumi lainnya.
Bentuk Muka Bumi
Penggambaran bentang alam dan bentang budaya tersebut dalam bentuk-bentuk muka bumi ini memiliki sebaran yang berbeda-beda antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Konsep geografi yang mengkaji sebaran fenomena Geografi dalam ruang di permukaan bumi disebut dengan konsep pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kajian pola dan bentuk muka bumi merupakan kajian tentang macam-macam bentuk muka bumi dan obyek geografi lainnya serta sebaran dari masing-masing bentuk muka bumi dalam suatu wilayah.
Bentuk-bentuk muka bumi di dalam peta tidak digambarkan ke dalam bentuk yang sesungguhnya, tetapi digambarkan dalam bentuk simbol.
Simbol Kenampakan Bentuk Bumi
Berbagai simbol untuk memudahkan pengenalan bentuk bumi terdiri atas;
A. Bentuk Alamiah
Kenampakan atau bentuk-bentuk alamiah, antara lain samudra/laut, sungai, danau, rawa, dan lain-lain. Bagaimana bentuk-bentuk tersebut digambarkan melalui simbol - simbol
- - Samudra/Laut
Samudra adalah perairan yang sangat luas di muka bumi. Dalam peta, samudra/lautan digambarkan dengan warna biru (dari biru muda hingga biru tua). Semakin tua warna biru, menunjukkan bahwa laut tersebut semakin dalam.
biru sangat muda : kedalaman 0 – 200 m
biru muda : kedalaman 200 – 2.000 m
biru tua : kedalaman >2.000 m
Catatan:
Rentang kedalaman sering kali berbeda antara satu peta dan peta lain. Oleh karena itu saat membaca peta harus dilihat penjelasan arti warna pada legenda peta.
- Sungai
Sungai adalah aliran air tawar di permukaan bumi dengan alur yang terbentuk secara alami. Aliran sungai berawal dari sumber air di hulu dan berakhir di muara. Hulu terdapat di daerah-daerah pegunungan, dan muara dapat berada di laut, danau, atau sungai yang lebih besar. Sungai digambarkan sebagai garis bebas (sesuai aliran) berwarna biru muda dilengkapi keterangan yang ditulis dengan huruf miring (italic). Garis tersebut akan selalu berakhir di batas lautan, danau, atau sungai besar lain.
- Danau
Danau adalah cekungan luas di daratan yang digenangi oleh air. Danau, meliputi danau alami dan danau buatan yang digambarkan dengan warna biru.
- Rawa
Rawa adalah dataran rendah yang selalu tegenang air (air hujan, air permukaan tanah, dan lainlain). Rawa dapat ditemui di tengah daratan ataupun di daerah pesisir pantai. Simbol rawa adalah beberapa baris garis putus-putus berwarna biru muda
- Dataran, perbukitan, dan pegunungan
Kenampakan utama di daratan yang tidak tertutup oleh perairan adalah dataran, perbukitan, dan pegunungan. Dari daerah pesisir yang landai, daratan makin meninggi, dimulai dari dataran, perbukitan, hingga pegunungan.
- Dataran
- Bukit/Perbukitan
- Pegunungan
- Hijau tua : 0 – 100 m
- Hijau muda : 100 – 400 m
- Kuning : 400 – 1.000 m
- Cokelat muda : 1.000 – 1.500 m
- Cokelat tua : 1.500 – 3.000 m
- Gunung
Dataran dapat berupa dataran rendah ataupun dataran tinggi (plateau/plato). Dataran rendah merupakan daerah luas, rendah, dan relatif datar. Ketinggiannya beragam, permukaan bergelombang dengan bukit-bukit rendah. Namun, di antaranya dapat berupa dataran sempurna. Dataran dapat berupa padang sabana, gurun, dataran aluvial, dan sebagainya.
Bukit adalah bagian permukaan bumi yang lebih tinggi dari dataran, tetapi lebih rendah dari gunung (± 200 – 300 m). Perbukitan adalah rangkaian bukit-bukit.
Pegunungan adalah bagian permukaan bumi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari dataran sekitarnya (>620 m), simbol dataran, perbukitan, dan pegunungan digambarkan dengan warna hijau hingga cokelat tua atau ungu kehitaman.
Catatan: Rentang ketinggian seringkali berbeda antara satu peta dan peta lain. Oleh karena itu, saat membaca peta harus dilihat penjelasan arti warna pada legenda peta. Deretan pegunungan yang paling tinggi pada umumnya memiliki warna paling tua (cokelat tua atau ungu kehitaman). Puncak-puncak bersalju digambarkan dengan warna putih.
Gunung adalah muka bumi berbentuk kerucut atau kubah yang berdiri sendiri. Gunung menjulang ke atas lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Ketinggian minimal sekitar 600 meter, gunung dibedakan atas gunung aktif (gunung api) dan gunung mati. Simbol gunung api pada peta adalah segitiga sama kaki berwarna merah. Gunung mati digambarkan dengan segitiga sama kaki berwarna hitam.
B. Bentuk-bentuk buatan manusia
Kenampakan berupa bentuk-bentuk buatan manusia (budaya), antara lain jalan, jalan kereta api, bandara, dan sebagainya.
- Jalan
Jalan adalah jalur sirkulasi yang dibuat oleh manusia (untuk pejalan kaki atau kendaraan). Jalan berfungsi menghubungkan satu tempat dan tempat lain. Jalan dibedakan atas jalan besar (utama) dan jalan-jalan kecil (sekunder). Jalan digambarkan dengan garis berwarna merah. Ketebalan garis tergantung dari besar kecilnya jalan. Misalnya, jalan utama digambarkandengan garis merah tebal.
- Jalan kereta api
Jalan/ rel kereta api adalah jalur untuk kereta api, yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Dalam peta, rel kereta api digambarkan dengan garis lurus hitam/abu-abu atau garis hitam lebar beruas-ruas.
- Berbagai tempat penting
Beberapa simbol digunakan untuk menandai berbagai tempat yang dianggap penting, di antaranya ibukota negara/provinsi, bandara, pelabuhan, dan sebagainya.
Penampang Melintang Bentuk Bumi
Permukaan bumi tidak rata. Di wilayah daratan dapat dijumpai dataran rendah, dataran tinggi, plato, gunung dan pegunungan, lembah, cekungan, dan sebagainya. Permukaan bumi yang tertutup air (dasar laut) juga memiliki perbedaan tinggi rendah. Di dasar laut juga dapat dijumpai gunung, lembah, jurang, dan lain-lain. Perbedaan tinggi rendah permukaan bumi disebut relief. Relief dapat dilihat dengan jelas, jika kalian melihat penampang melintang (irisan) daratan maupun dasar laut.
- Penampang melintang daratan
Jika suatu wilayah daratan diiris secara melintang (membuat penampang melintangnya), perbedaan ketinggian seluruh daratan akan terlihat jelas. Sebagai contoh Benua Australia ketika dipotong melintang, maka terdapat penampang melintang tersebut dapat dikenali adanya relief bumi berupa gunung, bukit, dan cekungan. Kenampakan dimulai dari Teluk Collier, yaitu: Gunung Ord (936 m), Plato Kimberly, Gunung Zeil (1511), Danau Eyre , Pegunungan Flinders, Danau Frone, Bukit Brokn, dan Gunung Kosciusko (2.228 m)
- Penampang melintang lautan
Di daratan garis kontur menghubungkan tempat-tempat berketinggian sama, sedangkan kontur pada batimetri menghubungkan tempat-tempat dengan kedalaman sama di bawah permukaan air. Bentuk relief dasar laut,- Paparan/selasar benua
Paparan benua (continental shelf) merupakan kelanjutan wilayah benua (kontinen). Kedalamannya ±200 m. Contohnya Dangkalan Sunda antara Kalimantan, Jawa, dan Sumatera yang berkedalaman ± 40 – 45 meter. Daerah tebing paparan benua disebut tebing benua/kontinen.
- Dataran abisal
Dataran abisal (bassin floor) adalah dasar laut yang luas setelah tebing benua, dan mengarah ke laut lepas. Dataran abisal merupakan bagian dari paparan benua.
- Punggung laut (ridge/rise)
Punggung laut atau punggung bukit lautan, adalah bentukan di dasar laut yang mirip tanggul raksasa. Panjangnya bisa ribuan kilometer. Punggung laut dibatasi oleh laut dalam di kanan kirinya.Punggung laut yang berlereng curam disebut ridge, sedangkan yang berlereng landai disebut rise.
- Gunung laut
Gunung laut adalah bagian yang berdiri sendiri, dan kakinya mulai dari dasar laut. Puncak gunung dapat muncul ke permukaan air. Contohnya Gunung Krakatau di Selat Sunda.
- Lubuk laut/Basin
Lubuk laut atau basin/bekken adalah cekungan di dasar laut berbentuk bulat atau lonjong (oval). Basin terjadi akibat pemerosotan dasar laut.
Palung Laut (Trench / trog) Palung adalah dasar laut sangat dalam dan berdinding curam, yang semakin ke dasar semakin
menyempit. Palung sempit dan tidak terlalu curam disebut trench, sedangkan jika lebih lebar dan curam disebut trog. Kedalaman palung bisa mencapai ± 7.000 – 11.000 meter.
- Parit laut
Parit laut adalah bentukan dasar laut yang terjadi akibat masuknya satu lapisan/lempeng benua ke bawah lapisan/lempeng benua yang lain.
Akhir 2011, Satelit Telkom 3 Siap Meluncur